Asep Mukhlis M Abdulmanan
On 23 Mei 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain
karena penerapan kemajuan teknologi oleh manusia untuk mendapatkan kualitas
hidup yang lebih baik, namum di sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru
merugikan kelangsungan hidup manusia. Dampak tersebut harus dicegah karena
keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh kegiatan industri dan teknologi
tersebut. Jika keseimbangan lingkungan
terganggu maka kualitas lingkungan juga berubah. Padahal kenyamanan hidup
banyak ditentukan oleh daya dukung alam atau kualitas lingkungan yang mendukung
kelangsungan hidup manusia.
Buangan
yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestic atau
rumah tangga disebut limbah. Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus atau biasa disebut
black water, dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya
disebut juga grey water. Limbah, sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah
tangga, perusahaan, dan kendaraan merupakan masalah serius yang perlu
diperhatikan untuk menciptakan kesehatan lingkungan. Pembuangan sampah rumah
tangga dibiasakan pada tempat sampah, karena itu tempat sampah seharusnya
selalu tersedia di lingkungan rumah tempat tinggal sesuai dengan jenisnya, sampah
basah atau garbage, sampah kering atau rubbish, dan sisa-sisa industry atau
industrial waste. Selain itu, kebiasaan meludah, buang air kecil dan besar, air
limbah juga harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu kesehatan
lingkungan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sarang hewan
penyebar penyakit dan bau yang tidak sedap.
1.2
STUDI PUSTAKA
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang
dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan hidup. Sumber
lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair
yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, yang
bercampur dengan air tanah, air permukaan dan air hujan. Berdasrkan pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan
manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri,
perhotelan dan sebagainya.
Diantara dampak kegiatan yang sangat berpengaruh
pada kualitas lingkungan adalah dihasilkannya limbah pada berbagai kegiatan
diatas. Beberapa pengertian air limbah menurut beberapa pendapat antara lain:
1. Menurut Azwar (1989), air
limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang
membahayakan kehidupan manusia atau hewan serta tumbuhan, merupakan kegiatan
manusia seperti, limbah industri dan limbah rumah tangga.
2. Sedangkan menurut Notoatmodjo
(2003), air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal
dari rumah tangga, industri maupun tempattempat umum lainnya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
3. Pengertian lain
menyebutkan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang
berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri,
bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.
4. Menurut Sugiharto (1987),
air limbah (wastewater) adalah kotoran dari manusia dan rumah tangga serta
berasal dari industri, atau air permukaan serta buangan lainnya. Dengan
demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.
1.3
TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya mengenai Penanganan
Limbah Cair serta sebagai bahan pembelajaran yang bisa kita pelajari dalam
masalah Penanganan Limbah Cair
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENANGANAN LIMBAH CAIR
Limbah Cair
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang
telah dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang
berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula.
Proses- proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan,
berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan
tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial.
1. Pengolahan Primer
(Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah
berupa proses pengolahan secara fisika.
A. Penyaringan
(Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan
disaring menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara yang
efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air
limbah.
B. Pengolahan
Awal (Pretreatment)
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan
kesuatu tangki atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel
padat teruspensi lain yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa
inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran
limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air
limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
C. Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan
dialirkan ke tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode
pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer
limbah cair. Di tangki pengendapan,
limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang tersuspensi dalam air
limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel tersebut akan
membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain
untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga metode
pengapungan (Floation).
D. Pengapungan
(Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan
berupa minyak atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat
yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120
mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan
lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah
dapat disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang
telah mengalami proses pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang
kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan
yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen
penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah
tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.
2. Pengolahan
Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan
secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/
mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah
bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum
digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode
lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds /
lagoons) .
a. Metode
Trickling Filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk
mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar,
biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan
ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama
proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan didegradasi
oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan
menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses
pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari
air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah
lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan
ke proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan
b. Metode
Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah
cair disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur
yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki
tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi
(pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi
limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami
proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali
ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah
melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika
masih dperlukan.
c. Metode
Treatment ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan
merupakan metode yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada
metode ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang
tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen
tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi
bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi.
Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses
pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam,
air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih
lanjut.
3. Pengolahan Tersier
(Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan
primer dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat
berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus,
artinya pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam
limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya
melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik
terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan
lanjutan (advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian
proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan
adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter,
microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi
dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada
fasilitas pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk
melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak
ekonomis.
1.
Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh
atau mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme
desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu,
atau dengan perlakuan fisik. Dalam menentukan senyawa untuk membunuh
mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
• Daya
racun zat
• Waktu
kontak yang diperlukan
•
Efektivitas zat
• Kadar
dosis yang digunakan
• Tidak
boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
• Tahan
terhadap air
• Biayanya
murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah
penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan
ozon (Oз).
Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan
setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer,
sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.
2.
Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer,
sekunder, maupun tersier, akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur.
Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah
lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah
dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian
disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan
pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).
2.2 PENANGANAN
LIMBAH CAIR INDUSTRI
Limbah Cair Industri
Setiap jenis industri
mempunyai karakteristik limbah cair yang spesifik, yang berbeda dengan jenis
industri lainnya, walaupun mungkin suatu jenis industri mempunyai beberapa
parameter pencemar yang sama dengan industri lainnya. Perbedaan karakteristik
limbah cair industri akan menyebabkan proses pengolahan limbah cair industri
tersebut berbeda antara satu industri dengan industri lainnya. Limbah cair
industri harus diolah sedemikian rupa sehingga tidak akan mencemari badan air
setempat dimana limbah cair tersebut akan dibuang.
Pemilihan suatu proses
pengolahan limbah cair industri tergantung dari:
1. Karakteristik limbah cair industri yang bersangkutan. Dalam
hal ini penting dipertimbangkan bentuk dari zat pencemar, misalnya materi
tersuspensi, koloid atau terlarut, kemampuan polutan tersebut untuk dapat
terurai secara biologis (biodegradability); dan toksiksitas senyawa
organik dan inorganik.
2. Kualitas efluen yang diinginkan. Perlu dipertimbangkan pula
kemungkinan dilakukannya batasan di masa yang akan datang, seperti misalnya
batasan toksisitas kehidupan perairan bioassay efluen.
3. Biaya dan ketersediaan lahan yang tersedia. Satu atau lebih
kombinasi pengolahan dapat menghasilkan efluen yang diinginkan. Akan tetapi
hanya satu dari alternatif tersebut yang paling efektif biayanya.
Seberapa jauh kualitas
effluent yang diharapkan juga akan menentukan jenis dan tingkat pengolahan yang
akan dilakukan. Semakin baik kualitas effluent yang diharapkan yang akan
dibuang ke badan air penerima, semakin tinggi tingkat pengolahan yang harus
dilakukan, yang pada akhirnya membuat biaya pengolahan akan semakin tinggi.
Sebelum menentukan jenis
pengolahan yang akan digunakan, pertamakali harus dilakukan karakterisasi
limbah cair industri,sehingga dapat diketahui jenis pencemar yang dominan (priority
pollutants) pada suatu jenis industri .
1. Pengelompokan Limbah Cair Industri
Secara umum limbah cair
industri tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
1. Polutan anorganik: TSS, Cl2 tersisa (khlor),
Sulfida (sbg S), Zat padat terlarut*, Besi terlarut (Fe)*, Fluorida (F)*,
Ammonia, TKN, Zat padat terlarut*, Nitrat, Nitrit, Fosfat (PO4).
2. Polutan organik: BOD5, COD, Minyak & lemak,
MBAS.
3. Logam berat: Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Seng (Zn), Khrom
total (Cr), Nikel (Ni), Raksa (Hg), Sianida (CN), Khrom hexavalen (Cr(VI)) dan
Total Chrom, Cadmium (Cd), Mangan (Mn), Titanium (Ti), Barium (Ba), Stanum
(Sn), Arsen (As), Selenium (Se), Cobalt (Co), Radioaktivitas.
Sedangkan untuk pH, karena
merupakan parameter penting yang harus dikelola pada setiap jenis industri,
maka fasilitas untuk mengontrol nilai pH harus ada.
2. Pengelompokan Pengolahan Limbah Cair Industri
Berdasarkan pengelompokan
karakteristik limbah cair industri, jenis pengolahan yang akan diterapkan untuk
industri di Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi :
1. Pengolahan Awal
2. Pengolahan Fisika-kimia (Pengolahan Primer)
3. Pengolahan Biologi (Pengolahan Sekunder)
4. Pengolahan Lanjutan (Pengolahan Tersier)
Air limbah yang keluar dari
industri umumnya pertama kali harus melalui pengolahan awal, yang bertujuan
untuk menyiapkan air limbah untuk pengolahan selanjutnya. Detailnya adalah agar
beban limbah bisa berkurang, pemisahan material pengotor yang mungkin bisa
merusak peralatan dan mengganggu jalannya proses. Misalnya saringan
(screening) digunakan untuk menghilangkan materi-materi kasar (coarse
material) seperti plastik, daun-daunan, kertas, kayu dan lain-lain, dan
materi-materi halus (fine material) seperti benang fiber, serta zat
padat tersuspensi.
Grit removal digunakan untuk menghilangkan pasir. Pasir diendapkan dan
dibuang dengan cara mengalirkan air limbah industri dengan kecepatan sekitar
0,4 m/det di dalam suatu grit chamber. Materi kasar dan halus,
seperti pasir kasar dan halus harus dihilangkan terlebih dahulu, karena jika
tidak, akan mempersulit pengolahan selanjutnya. Pengolahan awal akan mengurangi
beban polutan, besarnya sangat tergantung dari jenis air limbah industri.
Proses ekualisasi dapat
digunakan untuk meredam fluktuasi karakteristik air limbah. Karakter yang
berfluktuatif akan menyulitkan pengolahan diproses selanjutnya dan boros dalam
pemakaian bahan kimia. Fasilitas yang ada adalah bak dengan volume yang cukup
dan mixer sebagai pengaduk. Dengan fasilitas tersebut karakteristik air limbah
relatif konstan.
Proses netralisasi, jika
diperlukan, diletakkan setelah proses ekualisasi, karena sebagian dari aliran
dengan pH yang berbeda akan saling menetralisasi satu sama lainnya di bak
ekualisasi. Proses neutralisasi bertujuan untuk menyiapkan kondisi yang sesuai
untuk proses berikutnya.
Pada prinsipnya pengolahan
pendahuluan ini merupakan proses pengolahan secara fisik-kimia, akan tetapi
karena pengolahan ini bertujuan untuk meringankan beban pengolahan selanjutnya,
dan umumnya terdapat pada rangkaian pengolahan limbah cair di setiap industri,
maka pengolahan ini dipisahkan pengelompokkannya dari pengolahan fisik-kimia.
Pengolahan fisik-kimia
artinya mengolah air limbah secara fisik atau kimia. Dalam proses pengolahan
ini, obyek yang akan dibuang, dibuat lebih besar ukurannya sehingga dapat
dengan mudah diendapkan (coagulation &flocculation process) di bak
sedimentasi (bak pengendap), diapungkan (flotation process) serta
disaring (filtration process). Memperbesar ukuran partikel dengan
menambahkan koagulan diproses koagulasi sehingga terbentuk flok. Agar flok
lebih besar lagi ukurannya bisa dengan penambahan flokulan (polymer) di proses
flokulasi. Dengan lebih besar ukurannya, pemisahan dapat lebih mudah.
Sebagian besar
karakteristik air limbah mengandung kotoran bahan organik yang disebut dengan
COD atau BOD. Pengolahan yang paling baik adalah dengan menguraikan bahan
organik tersebut dengan bantuan mikroorganisme. Pengolahan secara biologi bisa
dilakukan secara aerobik (memerlukan udara) atau secara anaerobik (tidak boleh
ada udara). Metoda yang digunakan pada proses pengolahan biologis baik aerobik
maupun anaerobik bisa secara tersuspensi (suspended growth) ataupun
terlekat (attached growth). Pada umumnya, proses pengolahan biologis
yang digunakan untuk limbah cair industri di Jawa Barat adalah proses lumpur
aktif (activated sludge).
Proses sedimentasi
merupakan proses dimana benda-benda halus yang sudah menggumpal dan siap
mengendap, sebagai hasil dari proses koagulasi & flokulasi atau dari lumpur
biologi, dilewatkan dalam sebuah tanki/bak pengendap dengan waktu detensi
tertentu, sehingga dapat mengendap dan tepisah dari air bersihnya.
Adakalanya setelah proses
sedimentasi baik dari proses fisika-kimia maupun biologi, masih terdapat
materi-materi halus yang tidak dapat mengendap. Pada kasus ini diperlukan
fasilitas tambahan yaitu saringan atau filter. Saringan umumnya terbuat dari
pasir (single media) dengan diameter yang seragam (uniform), atau
pasir dengan diameter yang tidak seragam (un-uniform), ataupun kombinasi
dari pasir dan anthrasit (dual media) atau lainnya.
Bebarapa industri, meski
telah diterapkan sistem pengolahan awal, primer (fisika-kimia) dan sekunder
(biologi), namun kualitas hasil olahan masih belum memenuhi persyaratan. Oleh
karena itu pada sistem itu ditambahkan pengolahan lanjutan (pengolahan
tersier). Biasanya pengolahan lanjutan diterapkan pada satu atau beberapa
parameter saja. Pengolahan tersier juga biasanya diberlakukan terhadap air
hasil olahan yang akan dipakai kembali (daur ulang/recycling) baik untuk
dipakai di proses produksi, cuci lantai atau siram taman danlain-lain. Unit
proses pengolahan lanjutan untuk keperluan recycling juga tergantung dari
kualitas air yang akan digunakan.
Proses teknologi membran (Reverse
Osmosis (RO), Nanofiltration (NF), Ultrafiltration (UF), Microfiltration
(MF) digunakan untuk menghilangkan zat padat koloid, tersuspensi
atau solid yang terlarut. Proses penukar ion/resin (Ion Exchange) pada
umumnya digunakan untuk menghilangkan logam berat. Metoda denitrifikasi dan
dephosphorisasi biologis digunakan untuk menghilangkan zat-zat organik dengan
menggunakan mikroorganisma; Proses adsorpsi dengan karbon aktif butiran (granular
activated carbon, GAC) digunakan untuk menghilangkan zat organik; dan
proses oksidasi secara kimia (chemical oxidation) juga digunakan untuk
menghilangkan materi organik.
Jika limbah cair industri
mengandung bahan B3, maka diperlukan pengolahan secara khusus untuk mengolah
limbah tersebut. Lumpur atau gumpalan yang dihasilkan dari proses filtrasi
maupun sedimentasi dapat dikeringkan, dibakar atau dibuang untuk
pengurugan tanah, jika tidak mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3).
Materi inipun dapat diproses lebih lanjut dan dipakai ulang jika unsur B3nya
telah diolah, sehingga tidak akan membahayakan penggunanya.
Rencana pengolahan limbah
cair diawali dengan memeriksa industri yang bersangkutan untuk beberapa faktor
yang terkait, misalnya sumber air limbah, jenisnya, konsentrasinya,
kandungannya, besar alirannya. Selain itu juga kondisi dari tujuan pembuangan
(termasuk sistem saluran air limbah), penggunaan air yang dibuang, dan jika
badan air penerima adalah sungai, maka harus diperhatikan arus air sungai,
kualitasnya, standar baku mutu yang ada (baik stream maupun effluent standard),
metode pengolahan lumpur dsb. Data-data tadi sangat penting untuk dikumpulkan
dan diidentifikasi dengan tujuan utama untuk mengolah air limbah industri
secara efisien dan untuk melestarikan lingkungan. Untuk proses industri
manufuktur, jenis bahan baku yang digunakan oleh industri tersebut harus
diteliti dan diketahui. Setiap orang yang bertanggungjawab pada organisasi
pabrik, terutama orang yang terkait dengan pengolahan limbah, harus ikut
berpartisipasi dalam proses ini.
3. Pembuatan Rencana
Pengolahan Air Limbah Industri
Pengurangan kuantitas dan
konsentrasi buangan harus sedapat mungkin diupayakan. Banyaknya air yang
dibuang bisa dikurangi dengan cara penghematan air, merubah atau memperbaiki
proses produksi, pemakaian air limbah dalam berbagai tahapan (multi stage)
dsb.
Konsentrasi air limbah bisa
dikurangi dengan merubah proses industri, memperbaiki peralatan, mengambil
kembali dan mempergunakan produk sampingan, menerapkan pengendalian air limbah
secara proporsional, memantau sistem atau jaringan pembuangan, dll. Semua hal
yang disebutkan di atas harus diperbaiki secara menyeluruh sehingga pencapaian
pengurangan konsentrasi air limbah dapat lebih maksimal.
4. Prosedur perencanaan pengolahan air limbah
Setelah dilakukan
investigasi seperti yang telah disebutkan sebelumnya di atas, maka kemudian
dilakukan pemilihan metode pengolahan. Tahapan berikut ini dapat dipergunakan
sebagai petunjuk.
Pertama kali, lakukan
pengklasifikasian air limbah sebagai organik atau anorganik. Air limbah organik
bisa diolah secara biologis jika perbandingan BOD/CODnya lebih besar dari 60%,
atau tidak boleh diolah jika perbandingan tersebut lebih kecil dari 20%.
Kemudian, pastikanlah efek pengolahan dengan cara uji biologis.
Untuk air limbah anorganik,
lakukan uji pengendapan, jika mengandung zat padat tersuspensi. Jika hal ini
tidak tepat, maka lakukan test koagulasi. Jika air limbah mengandung bahan
toxic, maka identifikasikanlah metode pengolahan yang tepat untuknya. Jika air
limbah keadaannya kental, maka selidikilah cara pengambilan kembali (recovery)
dengan cara mengentalkan, membakar dll. Jika cara-cara tersebut tidak berhasil
untuk mencapai kualiats air yang diinginkan, maka selidiki lebih lanjut dengan
melakukan adsorpsi, pertukaran ion, dll.
Setelah dilakukan penetapan
metode pengolahan, maka tahap berikutnya adalah memilih jenis peralatan yang
akan digunakan. Untuk hal ini, adalah penting untuk mengenali tempat instalasi
pengolahan, biaya konstruksi, operasi & pemeliharaan serta manajemennya,
kemampuan & efek pengolahan, kuantitas lumpur yang akan dihasilkan, tingkat
kemudahan dalam pengolahan lumpur, tenaga teknik industri yang bersangkutan,
standar yang ada, rehabilitasi, dll.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari Makalah yang telah kami buat ini dapat disimpulkan
bahwa penanganan limbah cair dapat dilakukan dengan berbagai metode dari yang
mudah sampai rumit. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan
pembelajaran untuk kita semua.
3.2 KRITIK DAN SARAN
Kami menyadari dalam pembuatan Makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun materi yang terkandung
didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan anda memberikan kritik serta
saran yang membangun untuk kemajuan kami dalam membuat makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Eh, Ada yang butuh tangki ukuran besar untuk chemical atau tampungan air ga?
BalasHapusBisa diminta dibuatkan hingga ukuran 1000 meter kubik lho..
namanya
TANGKI PANEL
klik aja , liat dulu gapapa
tulisan yg sangat bagus dan mencerahkan....
BalasHapus